Penulis Muh. Arlin Syahputra
(Ketua BEM UHO)
Seiring berjalannya waktu, Sumber Daya Manusia (SDM) di Sulawesi Tenggara (Sultra) semakin hari semakin bertambah, dengan berbagai background pendidikan dan soft skill yang dimiliki.
Pemuda dan para alumni kampus misalnya, saat ini sedang terombang ambing dalam ketidakpastian masa depan, ditengah melimpahnya Sumber Daya Alam (SDA) yang ada di bumi Sulawesi Tenggara.
Bercermin dari pemuda yang ada di pulau Jawa, anak muda dan para alumni kampus telah banyak diberdayakan oleh perusahaan baik plat merah maupun swasta untuk dilibatkan pada pengembangan sektor pengelolaan sumber daya alam yang ada didaerahnya masing-masing. Bahkan banyak diantara mereka, juga diberdayakan oleh perusahaan diluar pulau Jawa untuk dilibatkan pada sektor sektor strategis dalam sebuah perusahaan.
Ini dapat menjadi sebuah refleksi untuk kita sebagai Putra Daerah Sulawesi Tenggara, mampukah seperti saudara-saudara kita yang ada di pulau Jawa?
Melihat iklim investasi di Sultra yg sangat menggembirakan. Ini tergambarkan dari data Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM PTSP) Sultra yang mencatat realisasi investasi di Sultra mencapai Rp. 11 triliun di tahun 2017. Ini merupakan sebuah capaian besar karena melampaui target secara nasional yang hanya berada pada level Rp. 10 triliun.
Sedangkan menurut catatan BKPM, Realisasi Investasi Provinsi Sulawesi Tenggara di masa pandemi sepanjang 2020 mencapai Rp. 21,13 triliun, naik 13,1 persen dibandingkan dengan capaian 2019 sebesar Rp.18,65 triliun.
Pencapaian ini merupakan sinyal positif bagi pertumbuhan investasi dan pemerataan ekonomi di daerah Sultra karena ditunjang dari berbagai sektor, diantaranya sumber daya alam yang begitu melimpah di Bumi Anoa ini, baik nikel, aspal, emas, pertambangan, kehutanan dan perikanan.
Dari besarnya potensi kekayaan alam daerah di atas, maka sebagai pemuda harusnya dapat mengisi post post tersebut atau dapat diberdayakan oleh perusahaan plat merah maupun swasta agar mampu bersaing dengan pemuda pemuda yang ada di luar daerah Sultra.
Harapan penyerapan tenaga kerja lokal misalnya, bagi anak muda Sultra masih menjadi bahan diskursus hangat sampai hari ini, siapa lagi yang akan menjaga dan mengawal kekayaan alam Sultra kalau bukan anak daerahnya sendiri. Jika dikumpulkan 100 pemuda dari 17 kabupaten/kota yang ada di Sultra, maka saya yakin akan lahir 1000 ide dan gagasan untuk kemajuan sektor investasi demi menunjang pendapatan masyarakat dan daerah.
Yang menjadi ketakutan kita sampai detik ini adalah, jangan sampai masih banyak perusahaan perusahaan yang bergerak di sektor pertambangan yang tidak memenuhi dan mengantongi syarat prosedural/legal (IUP) untuk melakukan operasi di sektor pertambangan misalnya. Hal itu sangat disayangkan apabila kekayaan alam yang begitu melimpah hilang sekejap mata dikarenakan ulah keserakaan para mafia tambang.
Sebagai anak muda Sultra tentunya hal inilah tidak bisa terus menerus kita biarkan. Kita tidak mau hanya menjadi penonton siaran langsung yang melihat daerah dikeruk kekayaannya, dikupas hartanya, dan yang menikmati bukan masyarakat Sultra, melainkan hanya segilintir orang saja yang memiliki kekuatan besar.
Anak muda harus mengawal semua proses ini, agar Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) bisa meningkat, masyarakat sekitar harus terkena dampak positif pada peningkatan pendapatan ekonomi dan serapan tenaga kerja lokal harus dapat dibuka secara terang benderang, khususnya Putra Daerah Sultra yang memiliki soft skill.
Saya selalu bermimpi suatu saat nanti anak muda Sultra akan menjadi konglomerat di negerinya sendiri. 844