Bak air yang hancur tersisa besi dan pipa
LAYARSULTRA.COM, KONSEL – Kegiatan pekerjaan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) yang berada di Desa Puuroe, Kecamatan Angata, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel), Sulawesi Tenggara (Sultra), diduga dikerjakan asal jadi.
Padahal kegiatan Pamsimas ini bertujuan untuk meningkatkan pola hidup bersih dan sehat di tengah masyarakat dengan salah satunya yakni meningkatkan jumlah masyarakat yang memiliki akses air minum dan sanitasi yang memadai dan layak serta berkelanjutan meningkatkan kapasitas kelembagaan lokal, pemerintah daerah maupun masyarakat dalam penyelenggaraan layanan air minum.
Salah satu warga Desa Puuroe yang enggan disebutkan namanya menuturkan bahwa kegiatan Pamsimas ini baru saja dikerjakan, namun terlihat pemasangan pipanya sepanjang jalan asal ditanam dan sambungan pipa utamanya yang dekat jembatan tidak bagus pengerjaannya.
“Dan pemasangan pipa air yang akan mengaliri juga bukan pipa yang berkualitas baik bahkan pipa yang ada di sumber air tidak seimbang sehingga dikhawatirkan akan rusak,” ucapnya.
Mendapatkan aduan dan laporan dari masyarakat, Lembaga Komando Pemberantasan Korupsi (L-KPK) Sulawesi Tenggara (Sultra) mencoba untuk melakukan penelusuran dengan mengecek langsung di lapangan.
“Setelah kami menelusuri program kegiatan tersebut sampai di sumber air dan ternyata kondisi fisik pekerjaan di lapangan sangat amburadul, tanpa cakar ayam dan anyaman besi serta teknis kerja pada bangunan bak air Pamsimas patut dipertanyakan,” kata Andi Akrim selaku Ketua L-KPK Sultra, Kamis (11/11/2021).
Andi menjelaskan lebih lanjut bahwa di lapangan terlihat jelas kegiatan yang dilaksanakan oleh KKM Tirta Amerta di Desa Puuroe ini secara teknis fisik bak air bersih program Pamsimas terindikasi janggal karena terlihat kurangnya pengawasan, pembesiannya tanpa dianyam terlebih dahulu seperti biasanya pada pengerjaan konstruksi.
“Seharusnya untuk dinding bak air ini di cor karena untuk menampung debit air. Dan lebih ironisnya lagi bak tempat penampungan air tidak ada cuman sisa besi yang ada itu pun lantainya sudah hancur sama sekali,” jelas Andi.
Kata Andi bahwa Ketua Satlak dari program Pamsimas ini adalah seorang PNS atau pegawai pengairan. Padahal dalam aturannya sudah jelas sebagaimana yang tercantum di PP RI No 53 Tahun 2010, Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil pada Pasal 4 ayat 2, terdapat 15 poin yang berisi tentang larangan bagi PNS untuk memanfaatkan APBD atau APBN dan juga sanksinya, salah satunya dilarang sama sekali bermain proyek.
“Saat kami lakukan klarifikasi namun justru Kepala Desa Puuroe yang memberikan penjelasan serta lebih menguasai materi kegiatan padahal bukan tupoksinya, seharusnya Ketua Satlak dan Bendahara yang memberikan penjelasan, sehingga kami menilai kegiatan ini terkesan dikerjakan oleh oknum kades,” bebernya.
“Dan kami sebagai bagian dari masyarakat yang memiliki peran untuk melakukan pencegahan korupsi dengan mendorong transparansi penyelenggaraan publik dan pengelolaan aset negara dengan melakukan pemantauan, mengusulkan perbaikan dan melaporkan penyimpangan di setiap kegiatan yang menggunakan anggaran negara demi terwujudnya cita-cita bangsa dalam memerangi tindak pidana korupsi,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketut Kariada selaku Kepala Desa Puuroe yang juga sebagai Penasehat Satlak KKM Tirta Amerta mengatakan bahwa kegiatan tersebut sudah sesuai dengan RAB bahkan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut dirinya selalu menghubungi pendamping Pamsimas.
“Pengerjaannya sudah sesuai dengan RAB yang ada dan saya selalu menghubungi pendamping Pamsimas untuk selalu datang dan juga sudah dilakukan uji coba mengalirkan air ke lima puluh rumah warga,” jelas Ketut.
Ditempat yang berbeda, Kepala Bidang Cipta Karya Dinas PU Kabupaten Konsel Evi Susanti, ST., MT., saat dikonfirmasi via telpon mengatakan bahwa sumber air dan jaringan induknya berada di atas gunung.
“Nanti ada waktu saya kasih ketemu dengan yang menangani kegiatan Pamsimas ini, karena mereka yang naik di sumber air sekaligus sebagai pendamping kegiatan tersebut. Kalau di sumber airnya memang kami tidak pernah naik kesana dan itu sudah ada pengawasnya,” sebutnya.
Hingga berita ini dimuat, belum ada klarifikasi dan penjelasan dari Ketua dan Bendahara Satlak KKM Tirta Amerta Desa Puuroe.
(Tim Redaksi) 1221