Para kader PKK Kabupaten Koltim mengikuti sosialisasi stunting dan Iva Test. (Foto : Diskominfo Koltim)
LAYARSULTRA.COM, KOLTIM – Bertepatan dengan peringatan Hari Ibu, Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Kolaka Timur (Koltim) melalui Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) melakukan sosialisasi stunting 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan sosialisasi Iva Test, bertempat di Aula Pemda Koltim, Rabu (22/12/2021).
Stunting adalah gangguan tumbuh kembang anak dengan tubuh pendek (gagal tumbuh), yang merupakan gangguan pertumbuhan kronis pada anak balita (bawah lima tahun) akibat kekurangan asupan nutrisi atau malnutrisi dalam waktu yang cukup lama.
Ketua TP-PKK Kabupaten Koltim Ny. Yosinggi Sulwan, SKM., M.Kes., saat membuka kegiatan sosialisasi tersebut menyampaikan kepada para kader PKK untuk melindungi dan memberikan pengertian terhadap anak-anak, keluarga serta masyarakat pada umumnya melakukan pencegahan stunting dan memberikan perlindungan terhadap bahaya kanker leher rahim melalui pemeriksaan Iva Test guna mengetahui lebih dini adanya gejala kanker rahim.
“Penyebab stunting adalah makanan yang dikonsumsi tidak memenuhi kebutuhan nutrisi sesuai usia anak. Pada umumnya, stunting terjadi pada balita, khususnya usia 1-3 tahun,” kata Ny. Yosinggi.
Pada rentang usia tersebut, ibu sudah bisa melihat apakah si anak terkena stunting atau tidak. Meski baru dikenali setelah lahir, ternyata stunting bisa berlangsung sejak si anak masih berada dalam kandungan.
Stunting akibat dari kekurangan gizi kronis, sehingga anak menjadi terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi kronis terjadi sejak bayi dalam kandungan hingga usia dua tahun. Dengan demikian periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) seharusnya mendapat perhatian khusus karena menjadi penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktivitas seseorang di masa depan.
Saat ini, Indonesia merupakan salah satu negara dengan prevalensi stunting yang cukup tinggi dibandingkan dengan negara-negara berpendapatan menengah lainnya. Situasi ini jika tidak diatasi dapat mempengaruhi kinerja pembangunan Indonesia baik yang menyangkut pertumbuhan ekonomi, kemiskinan dan ketimpangan sosial.
Pembangunan kesehatan merupakan salah satu unsur penopang peningkatan Indeks Pembangunan Manusia, disamping unsur pendidikan dan ekonomi. Untuk itu, sebagai investasi orientasi pembangunan kesehatan harus lebih didorong pada aspek-aspek promotif dan preventif tanpa melupakan aspek kuratif dan rehabilitatif.
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua kompenen bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Ada 4 isu kesehatan di Indonesia yang masih menjadi permasalahan hingga sekarang yaitu TBC, Stunting, Iva Test dan Imunisasi. Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 oleh Kementerian Kesehatan RI, terdapat sekitar 30,8 persen anak di Indonesia yang menderita kondisi stunting.
Artinya, 1 dari 3 balita mengalami gangguan pertumbuhan dan butuh perhatian lebih. Indonesia menduduki peringkat kedua penderita kondisi Stunting di Asia Tenggara. Ini bukan jumlah yang sedikit. Hal ini terjadi bukan semata-mata karena asupan gizi yang kurang, tetapi adanya faktor lain yang menyebabkan terjadinya stunting.
“Selain stunting, yang tak kalah penting adalah permasalahan kanker leher rahim. Pemeriksaan Iva Test dilakukan untuk mendeteksi lebih dini adanya gejala kanker rahim. Seorang ibu rumah tangga dan kader PKK memiliki peranan penting untuk melakukan pengawasan terhadap kebiasaan pola hidup yang tidak sesuai,” ungkapnya.
(Redaksi/Agus) 930