para narasumber saat memberikan pemaparan dalam dialog akhir tahun Forsemesta Sultra.
LAYARSULTRA.COM, KENDARI – Mengisi kegiatan di penghujung tahun, Forum Mahasiswa Pemerhati Investasi Pertambangan (FORSEMESTA) Sulawesi Tenggara (Sultra) menggelar dialog akhir tahun 2021 dengan mengamgkat tema ‘Ada Antam di Konawe Utara, Sejauh Mana Komitmen Hilirisasi Nikel dan Keterlibatan Pengusaha Lokal’, bertempat di salah satu Warung Kopi (Warkop) di Kota Kendari, Kamis (30/12/2021).
Ketua Panitia dialog, Jaa Asbara menyampaikan bahwa kegiatan ini dihadiri oleh empat orang narasumber, diantaranya Oskar Sumardin (Jatam-Konut), Ashari (Direktur Eksekutif Explore Anoa Oheo), Muhammad Ikram Pelesa (Ketua Bidang Pembangunan Energi, Migas dan Minerba PB HMI) dan Rusmin Abdul Gani (Ketua Umum Himpunan Pengusaha Tolaki (HIPTI).
“Padahal rencananya dialog ini bakal dihadiri langsung oleh pimpinan PT. Antam Konawe Utara, sayangnya hingga kegiatan berakhir pimpinan perusahaan plat merah itu tidak kunjung menunjukkan batang hidungnya,” tutur Jaa.
“Dan Alhamdulillah beberapa narasumber lainnya dapat hadir dalam suksesi kegiatan ini,” imbuhnya.
Dalam pemaparannya, Direktur Eksekutif Explore Anoa Oheo, Ashari menyampaikan PT. Antam mayoritas menguasai kekayaan alam nikel di Konawe Utara (Konut). Namun sayangnya, sampai saat ini perusahaan tersebut dinilai tidak pernah berkomitmen dengan hilirisasi masyarakat Kabupaten Konut sendiri.
“Ini menunjukkan bahwa PT. Antam tidak serius mengelola kekayaan alam kami. Kalau dia serius, seharusnya sudah ada kantor yang dibangun termasuk memberikan ruang kepada pengusaha lokal untuk mengambil peran aktif,” jelasnya.
Ashari menambahkan, persoalan hilirisasi adalah harga mati di Konut. Ashari berharap di tahun 2022 ini, PT. Antam bisa menunaikan janji hilirisasinya demi terciptanya pertambangan yang lebih baik.
Hal senada juga disampaikan oleh Ketua Bidang Pembangunan Energi, Migas dan Minerba PB HMI, Muhamad Ikram Pelesa. Perusahaan BUMN tersebut hanya fokus untuk melakukan pengangkutan dan penjualan nikel ke smelter-smelter China bahkan tidak mampu memanfaatkan smelter milik mereka sendiri.
Bahkan Kabupaten Konawe utara sebagai daerah IUP terluas dengan deposit nikel terbesar dimilikinya dan PT. Antam dinilai tidak ada niatan sama sekali untuk melakukan hilirisasi di sektor nikel.
“Padahal Antam Konut ini adalah pemilik lahan nikel terluas dengan jumlah cadangan nikelnya mencapai miliaran ton, tapi sampai saat ini PT. Antam tidak kunjung menunjukkan keseriusannya dalam hilirisasi,” ucap Ikram.
“Hal itu bisa kita lihat baik dalam hal perangkat investasinya, contohnya kantornya hanya menyewa rumah padahal sudah beroperasi puluhan tahun, kemudian pengelolaan wilayah IUP pertambangannya, penyerapan tenaga kerjanya termasuk manajemennya juga tidak sesuai,” bebernya.
Sementara itu, Ketua Umum PB HIPTI Rusmin Abdul Gani menyampaikan bahwa PT. Antam mesti memberikan ruang kepada pengusaha-pengusaha lokal untuk mengambil peran, dalam rangka menciptakan iklim pertambangan yang bermanfaat bagi masyarakat pribumi.
“PT Antam harus terbuka dengan para pengusaha lokal. Kami berharap PT. Antam tetap proaktif dan membangun hilirisasi di Konut, sehingga masyarakat bisa merasakan dan terlibat langsung dalam eksistensi salah satu pertambangan terbesar yang ada di Sultra ini,” ungkapnya.
(Redaksi/Agus) 535