Kondisi jalan usai dilakukan penghamparan timbunan secara swadaya oleh para petani. Foto/karnito.
LAYARSULTRA.COM, KOLTIM – Sudah bosan dengan janji-janji politik perihal perbaikan jalan, para petani di Desa Simbune, Kecamatan Tirawuta, Kabupaten Kolaka Timur (Koltim), Sulawesi Tenggara (Sultra) bergotong-royong melakukan perbaikan jalan usaha tani yang telah lama rusak.
Perbaikan jalan usaha tani itu murni dilakukan atas keikhlasan dan rasa kebersamaan dengan menggunakan dana swadaya dari hasil patungan para petani di Desa Simbune.
Kini jalan usaha tani yang sudah ada sejak 15 tahun lalu itu telah selesai dilakukan penghamparan timbunan kurang lebih sepanjang 5 kilometer dengan menggunakan alat berat dari uang hasil patungan para petani.
Salah satu warga Desa Simbune Karnito mengatakan bahwa jalan usaha tani tersebut sebenarnya berada di sekitar lokasi sumber mata air Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Koltim dan menjadi akses yang menghubungkan ke berbagai lahan pertanian warga.
“Sebenarnya jalan tersebut selalu menuai janji dari berbagai pihak saat melakukan kampanye. Namun masyarakat sudah bosan dijanji-janji dan akhirnya dengan niat yang tulus perbaikan jalan dapat terlaksana dengan cara swadaya,” ucap Karnito, Jum’at (4/2/2022).
Menurut Karnito, jalan usaha tani yang sudah berumur kurang lebih 15 tahun itu baru satu kali mendapatkan kucuran dana APBD tepatnya tahun 2015 silam, yang saat itu baru 2 tahun Kabupaten Koltim dimekarkan.
“Jalan usaha tani ini dibangun 15 tahun lalu menggunakan dana blockgren saat Koltim masih belum mekar dari Kabupaten Kolaka dan pernah diperbaiki satu kali di tahun 2015 silam, itupun hanya pemeliharaan bukan peningkatan. Saat ini beberapa unit dweker serta jembatan sudah mulai hancur termakan usia,” ungkapnya.
Dengan kondisi seperti itu, sehingga jalan tersebut hanya dapat dilalui kendaraan roda dua karena selain dweker dan jembatan mulai hancur juga banyak kubangan dan bebatuan di sepanjang jalan.
Banyak keluhan datang dari para petani, terutama saat hujan datang para petani yang menggantungkan hidupnya di bidang pertanian harus menerima pahitnya kenyataan, bila hasil pertaniannya mau dijual keluar ke kota, harus mengeluarkan ongkos yang mahal.
“Padahal dulu sebelum jalan rusak, biasanya biaya kendaraan masih sekitar Rp 50.000 sampai batas kewajaran Rp 100.000,. Akan tetapi setelah jalan rusak bayangkan saja biaya menjadi Rp 200.000 sampai Rp 300.000, sehingga terasa berat bagi para petani,” imbuhnya.
Dan setelah dilakukan perbaikan secara swadaya oleh para petani, kini jalan itu dapat dilalui kendaraan roda dua maupun roda empat yang memudahkan para petani mengangkut hasil panen dari lahan pertaniannya dengan biaya yang terjangkau.
Kini, masyarakat Desa Simbune khususnya para petani berharap kepada pemerintah setempat untuk menganggarkan pembangunan dweker dan jembatan secepatnya serta dapat melirik potensi pertanian disana sehingga perekonomian masyarakat dapat meningkat melalui penjualan hasil pertaniannya.
Reporter : Supriadin
Editor : Agus
686