Penulis : Muhammad Iksan | Mahasiswa Universitas Halu Oleo
OPINI :
Konfrontasi Rusia vs Ukraina dengan keterlibatan Amerika Serikat (AS) dan NATO, mengingatkan kita pada sejarah bangsa Indonesia. Jika ditelusur kebelakang dimana pada tahun 1965 pertikaian antara Malaysia dan Indonesia yang berujung pada keluarnya Indonesia dari keanggotaan PBB.
Keputusan Presiden Soekarno tentu sempat mendapat kiritikan dari berbagai negara. Lebih jauh kebelakang kedekatan antara Indonesia dan Uni Soviet juga menjadi perhatian dunia utamanya AS yang dimana pasca Perang Dunia II AS dan Uni Soviet terlibat perang dingin imbas dari upaya perluasan paham komunisme ke Eropa Timur (sumber: idntimes.com, 2021). Kedekatan antara Presiden Soekarno dan pemimpin tertinggi partai komunis Uni Soviet berbuah dihadiahkannya Indonesia pesawat Ilyushin Il-14 (sumber: Voi.id, 2021).
Sejarah berlanjut, dimana pada tahun 1966 Presiden Soekarno dilengserkan dengan propaganda komunisme. Di era Soeharto, Indonesia kembali menjalin hubungan dengan Amerika Serikat dan kembali memposisikan diri kedalam Anggota PBB.
PT. Freeport, perusahaan asal Amerika Serikat yang mengekplorasi minarel bumi pertiwi di tanah Papua adalah buah kerjasama dan bentuk keakraban antara Amerika dan Indonesia pasca pemerintahan Soekarno. Hal ini tentu kembali memunculkan tanya adakah campur tangan Amerika di balik lengsernya pemerintahan Soekarno ?
Sebagaimana yang terjadi pada Ukraina yang dimana pemerintahan sebelumnya secara terang-terangan menolak barat dan memilih pro terhadap Rusia sebelum akhirnya digulingkan melalui aksi demonstrasi warganya. Tentu kita tahu, demikianlah pula Soekarno ketika dilengserkan.
Pertanyaan tidak berhenti sampai disitu saja, beberapa waktu lalu keputusan politik luar negeri Indonesia mendukung Resolusi PBB yang mengecam invasi Rusia terhadap Ukraina, disayangkan sejumlah pihak. Hal ini dianggap tidak sejalan dengan posisi Indonesia di mata dunia sebagai inisiator gerakan Non-Blok pasca Perang Dunia II.
Dan sangat menarik ketika empati masyarakat Indonesia justru mendukung Rusia yang menganut paham komunisme, dimana kita tahu komunisme adalah ideologi terlarang di Indonesia pasca pemerintahan Soekarno.
Cheecnya salah satu negara bagian Federasi Rusia, yang warganya mayoritas muslim dan digadang-gadang adalah pasukan yang akan membawa kejayaan Islam di Timur Tengah dan dunia. Predikat ini disematkan berdasarkan hadist yang coba digeneralisasi dari bentuk fisik dan seragam yang digunakan (untuk kebenaran dan keakuratan tasfir tersebut, Waallahu A’lam), yang menarik justru apakah hal tersebut akan melahirkan definisi baru tentang komunisme di Indonesia ??
Pertanyaan-pertanyaan ini pun hingga detik ini masih mencari jawaban, akan menarik untuk didiskusikan guna memantapakan kembali konsep nasionalisme dengan menempatkan pluralisme pada porsinya demi keakraban warga negara. (*)
668